Lompat ke isi utama

Berita

Berawal Dari Money Politic di Depan Mata

Jepara, Badan Pengawas Pemilihan Umum - Tahun 2004 merupakan tahun pertama Indonesia melakukan pemilihan presiden dan wakil presiden secara langsung. Momentum pemungutan suara, Ahmadun remaja melihat oknum melakukan politik uang untuk memenangkan salah satu pasangan calon di depan TPS. Kejadian ini sontak membuat gregetan ingin menghentikan namun tidak punya keberanian dan kewenangan.

Hal ini diceritakan oleh Ahmadun saat ditanya perihal tujuan menjadi Panwaslu Kecamatan di program talkshow Bawaslu Menyapa di ruang media center sekretariat Bawaslu Jepara, (4/11). Memori kelam di depan mata yang membuat ia ingin menjadi Pengawas Pemilu. Alhasil setelah berhasil menjadi Panwaslu Tahunan pada Pilkada 2018 dan Pemilu 2019 lalu, ia lebih menfokuskan sosialisasi tolak money politic kepada kaum remaja.

“Kami barusaha secara optimal agar tidak terdapat money politic dengan obyek fokus sasaran pada remaja saat sosialisasi,” kata Ahmadun.

Menurutnya kaum remaja masih mempunyai idealisme, rata-rata belum mempunyai kepentingan politik. Selain itu lebih mudah dalam menjalin komunikasi apalagi dibarengi dengan pemanfaatan media sosial. Saat ditanya pembawa acara Wahidatun Khoirunnisa pria lulusan UNISNU ini berpesan pada kaum muda agar menatap masa depan dengan cerah karena pemuda masa depan bangsa Indonesia.

“Tatap masa depan dan hindari money politic,” pesan Ahmadun.

Pengalaman strategi optimalisasi anti money politik dari mantan Panwaslu Kecamatan se-Kabupaten Jepara beragam. Jika Ahmadun mengarah pada remaja, Soleh mantan Panwaslu Kecamatan Mlonggo mengarah pada tokoh agama. Strategi itu akan tim talkshow Bawaslu Menyapa disuguhkan kepada sahabat Bawaslu. Taklshow dapat di tonton lewat https://www.youtube.com/channel/UCKbPbx7DbhCQA4NEqtFsV2A .

(Shol/Humas Bawaslu Jepara)

Tag
Berita